Banten | mediasinarpagigroup.com – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Provinsi Banten menyebut ada sekitar 6.515 kursi di SMA Negeri yang belum terisi saat penerimaan peserta didik baru (PPDB) tahun ajaran 2024/2025.
Untuk pemanfaatan kursi kosong itu, Kepala Dindikbud Provinsi Banten Tabrani mengaku akan mengisinya setelah proses Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) yang berakhir pada 18 Juli 2024 nanti.
Di antara delapan kabupaten/kota yang ada di Banten, Kabupaten Lebak menjadi daerah yang memiliki kursi kosong terbanyak di Banten dengan jumlah 2.192 kursi. Kemudian di Kabupaten Pandeglang ada 969 kursi kosong, Kabupaten Serang ada 1.258 kursi kosong dan sisanya ada daerah lain yang totalnya sampai 6.515 kursi.
Bahkan, ia mengungkapkan, kursi kosong juga ada di Kota Serang, salah satunya di SMAN 7 Kota Serang.
Ia juga mencontohkan SMAN 1 Cirinten, Kabupaten Lebak dengan daya tampung 71 kursi. Namun, jumlah pendaftar hanya 26 orang saja
Tabrani menjelaskan, pendaftaran untuk pengisian kursi kosong itu dilakukan secara manual. Bagi sekolah di perkotaan, sesuai dengan arahan Pj Gubernur Banten Al Muktabar akan diprioritaskan bagi calon siswa yang masuk kategori keluarga tidak mampu, tapi tidak masuk Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).
“Kalau di kota, akan prioritaskan untuk masyarakat tidak mampu yang tidak memiliki PIP, tidak terdaftar di DTKS,” tegas Tabrani, Kamis, 11 Juli 2024.
Sedangkan di pedesaan akan dibuka seluas-luasnya agar daya tampung terpenuhi. “Kami memberikan kesempatan bagi seluruh masyarakat untuk bersekolah di sekolah negeri. Di Kabupaten Lebak, masih banyak kursi yang belum terisi,” ujarnya.
Kata dia, pemerintah berupaya mendekatkan layanan pendidikan atau sekolah kepada masyarakat dengan membangun puluhan unit sekolah baru. Tapi, mayoritas masyarakat tetap berlomba-lomba untuk dapat diterima di sekolah daerah perkotaan. “Ini yang sekarang jadi persoalan.
Kita kan berusaha hadir di tengah-tengah masyarakat dengan membangun unit-unit sekolah baru di tengah-tengah masyarakat untuk mendekatkan tapi faktanya masih seperti itu. Masyarakat lebih memilih ke sekolah perkotaan,” terang Tabrani.(Aditia/Bosner/Red)