Pernahkah kau dengar tembang desa kelahiran dari balik gubug
Sementara kelepak sayap burung di kaki gunung
Terbang dihalau cahaya mentari dan gemercik air sendang
Menjelang panen, anak dan petani kecil berdendang riang.
Pernahkah kau pandang pematang menguning di pelupuk mata
Turun bersama musim dan kerinduan perempuan memetik padi
Tinggalkan dapur, bergulat lumpur dibakar mentari
Sekian cerita, sekian derita
Adalah potret wajah desa tanpa pigura.
Pernahkah kau bayangkan sebuah kehidupan yang damai
Di antara tanaman hijau di ladang dan kumandang adzan di surau
Memandang pohon bambu yang menggeliat, dan
Kerontang daun pisang yang terlentang
Di setiap musim demi musim berganti.
Wahai,
Telah kuceritakan di sela fatamorgana, flora, fauna dan margasatwa
Berbagai batu, kayu, bambu dan hutan cemara
Di sela tiupan seruling gading bocah angon yang duduk di punggung kerbau
Di bibir dangau, di balik punggung gunung yang termenung.
Bergoyang lampu minyak di teratak
Berkilat lilin kecil yang terpencil di sudut kamar
Berpijar lampu bokhlam dan neon
Bersinar cahaya bulan di atas bukit
Berkedip bintang-bintang yang terlentang di langit
Di antara keredupan malam purnama
Menyiram butir padi, bunga melati dan buah pepaya
Merias dara jelita, jejaka perkasa dan wajah desa.
Banyumas, Awal November 2022.