Salak | mediasinarpagigroup.com – Bupati Pakpak Bharat, Franc Bernhard Tumanggor bersama Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI) melakukan kunjungan ke Negara Jepang (17-24/09). Bersama beberapa Kepala Daerah lainnya, Franc Bernhard Tumanggor mempelajari system pertanian berkelanjutan dan mitigasi kerawanan bencana di Negeri yang terkenal cukup maju dan mumpuni dibidang pertanian ini.
Kunjungan ini didasari bahwa APKASI memandang bahwa system pertanian berkelanjutan merupakan hal yang patut diterapkan di Daerah, terutama di Daerah-Daerah berbasis pertanian.
Oleh karena itu, dengan difasilitasi oleh Kementerian Dalam Negeri, APKASI bekerjasama dengan Organizationfor Industrial, spiritual and cultural advancement (OISCA) menyelengarakan Training of Trainers (TOT) pengembangan pertanian berkelanjutan dalam rangka membangun ketahanan pangan di Daerah, bertempat di training Center OISCA, Fukuoka, Jepang.
Disini kita belajar system pertanian Jepang yang memang sangat bagus, serta bagaimana memitigasi kerawanan pangan di Daerah akibat perubahan iklim yang dapat menyebabkan terganggunya ketersediaan pangan di Daerah, jelas Bupati Pakpak Bharat, Franc Bernhard Tumanggor.
System pertanian di Negeri Sakura, Jepang ini dinilai sangat cocok diterapkan di Negara yang berbasis agraris seperti Indonesia, baik di lahan pertanian kecil maupun besar dengan memanfaatkan teknologi baru dan memperbaharui praktik pertanian yang saat ini di lakukan.
System pertanian berkelanjutan ini juga merupakan salah satu metode untuk membangun ketahanan pangan di Daerah. Namun demikian, perlu upaya keras dari berbagai pihak agar para petani memiliki keinginan menerapkan system pertanian berkelanjutan. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah dipandang perlu mendukung upaya penerapan pertanian berkelanjutan berbasis organik kepada para petani dengan memberi pemahaman bahwa saat ini dan di masa yang akan datang konsumen lebih tertarik untuk mengkonsumsi hasil pertanian berbasis organik.
Dukungan Pemerintah tentu bukan hanya sebatas memberikan pemahaman , tapi juga memberikan beberapa insentif yang di perlukan oleh para petani untuk menerapkan pertanian berkelanjutan. Seperti, pelatihan penanaman berbasis organik hingga pemasaran pasca panen.
OISCA merupakan sebuah NGO yang berpusat di Jepang yang telah banyak menyalurkan bantuan dan kerjasama di 29 negara yang berfokus pada pelatihan pertanian permasalaha lingkungan khususnya masalah ketahanan pangan , termasuk di Indosesia. Dengan pengalaman yang sedemikian rupa, maka Apkasi berkeyakinan bahwa OISCA mampu melakukan transfer knowledge kepada Pemerintah Daerah.
Training di dalam kelas dilakukan dalam 2 (dua) sesi, dimana sesi pertama menjelaskan secara umum tentang bagaimana mengembangkan system pertanian mulai dari pengolahan tanah sebelum penanaman, pemilihan bibit, pemilihan pupuk, pemupukan, pemanenan, pemasaran produk hingga pengolahan tanah pasca panen. Sedangkan sesi kedua, dipaparkan secara umum pola- pola pertanian dikawasan Asia, khususnya di Asia Tenggara.
Pada sesi ini , trainer akan memberikan strategi khusus bagaimana mengembangkan pertanian berkelanjutan dan berketahanan dengan teknologi konfensional dan modern serta melibatkan masyarakat.
Para peserta pelatihan kemudian diajak untuk melakukan study ekskursi tentang Situs bencana hujan lebat kyushu utara , yang juga merupakan system warisan pertanian secara global bendungan yamada dan wirda tiga air, dan Study pembuatan system rumah kaca terbaru untuk penanaman buah dan sayur sepanjang tahun ( Proyek PLT Kyushu).
Selain melakukan TOT di Fukuoka, peserta juga mempelajari dan berdiskusi tentang mitigasi kebencanaan dengan Pemerintah Kota Tokyo yang telah memiliki system mitigasi kebencanaan yang handal.
Dalam kunjungan ke Jepang ini, para peserta juga mengunjungi KBRI di Tokyo, bertemu dengan Duta Besar RI untuk Jepang, dan Diaspora Indosesia di Jepang serta Japan International Corporation Agenciy (JICA) pusat di kantor pusat Tokyo.(Berutu)