Banyumas | mediasinarpagigroup.com – Film Parsan the Legend of Rajawali berhasil lolos nominasi sutradara perempuan dan akan tayang pada JAFF #17 “Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2022” yang rencananya akan ditayangkan pada 26 November – 3 Desember 2022 di Cinema XXI Yogyakarta.
Karya ini disutradarai oleh Dosen Desain Komunikasi Visual (DKV) Institut Teknologi Telkom Purwokerto Riri Irma Suryani, M.Sn dan Gusnita Linda, S.Sn., M.Hum. Diproduksi oleh Cakrawala Cinema atas kolaborasi dengan mahasiswa, diantaranya Dismas Panglipur sebagai Asisten Sutradara, Penyunting Gambar, sekaligus Editor; Atieka Rahajeng sebagai Artistik dan Managemen lokasi; serta Muhammad Fakhrul A sebagai Penyunting gambar dan editor.
Film bergenre potret-dokumenter ini bercerita mengenai keseharian Parsan, sosok dibalik pelukis poster film bioskop Rajawali Purwokerto yang telah 31 tahun lamanya melukis poster sembari menjadi penjaga parkir disana. Ini sekaligus sebagai bentuk penghargaan atas dedikasi dan keteguhannya dalam berkarya.
Melalui film ini juga ingin memberikan gambaran jika hal yang sederhana pun dapat dikemas menjadi sebuah karya yang apik dan layak ditonton.
“Ya kami sangat senang dan berbahagia atas pencapaian ini. Penghargaan ini menjadi salah satu katalisator penyemangat kami untuk berkarya. Terutama karena ini merupakan kolaborasi dengan mahasiswa, harapannya bisa mendorong sineas muda untuk terus berkarya dengan ide dan konsep yang terus berkembang,” kata Gusnita Linda.
Bukan pertama kalinya, ternyata film Parsan the Legend of Rajawali ini sebelumnya telah dahulu diputar pada rangkaian acara Rekarya Festival. Dimana juga terdapat sesi pemberian penghargaan “Lifetime Achievement” kepada Parsan sebagai bentuk apresiasi terhadap sosoknya yang melegenda.
Ia menambahkan jika sebenarnya banyak sekali mahasiswa yang memiliki talenta dalam dunia perfilman. Namun sayangnya masih butuh banyak waktu untuk muncul ke permukaan.
“Mahasiswa ITTP sebenarnya punya segudang potensi untuk melahirkan karya film yang keren dan tak kalah bagus dari sineas kota lain. Potensi sineas muda ini yang perlu kita dorong untuk terus berkarya dan beradaptasi dikancah perfilman nasional maupun internasional..” jelas Gusnita.
“Hal ini perlu mendapat fasilitas dan dukungan yaang sepenuhnya dari kampus sebagai lembaga yang menaungi civitas akademiknya.. Karena di kampus kita fasilitas pembuatan film masih kurang sebenarnya,” tambahnya.
Tak berhenti sampai disini, rencananya mereka akan merilis film penelitian, yaitu “Don’t Just Shut Up” dan motion grafis “Wujudkan Perguruan Tinggi Bebas Kekerasan Seksual” sekaligus sebagai kampanye anti kekerasan seksual di lingkup kampus.
Dengan ditayangkannya karya produksi Cakrawala Cinema di festival film bergengsi ini tentu menjadi kebanggan tersendiri bagi civitas akademika IT Telkom Purwokerto. Semoga kedepan akan semakin banyak bermunculan karya dan tokoh perfilman berbakat baru dari kampus merah putih ini.(Widoyo)