JASINGA BOGOR, mediasinarpagigroup.com – Pelaksanaan MTQ ke 43 di Kecamatan Jasinga, Kamis (30/9) peserta di setiap desa yang ada di Kecamatan Jasinga sangatlah antusias, dipihak lain sangatlah disayangkan dalam setiap tahun pengadaan MTQ selalu penilaian di dewan juri tidak objektif, dan adil karena dalam penilaian hanyalah mementingkan orang – orang yang dekat, santri dan yang bermain di belakang nya.
Kebiasaan ini sudah terjadi di setiap tahun dan kami sebagai warga Jasinga merasa resah dan tidak beres kalau dibiarkan seperti ini setiap tahun, karena setiap juara – juara yang menang hanyalah santri nya dan orang orang yang dekat, sudah tidak memikirkan pas waktu dalam penampilan dia bagus atau tidak yang penting anak buah saya menang dan terangkat nama harum dia sebagai dewan juri sebagai kiyainya.
Kedzaliman ini terus akan berlanjut jika tidak ada yang menegur dan tidak ada yang speak up, dalam kesempatan ini penulis hanyalah menuangkan keresahan yang terjadi selama beberapa tahun ke belakang sehingga akan terjadi penurunan prestasi MTQ di Kecamatan Jasinga karena yang di pilih adalah orang – orang yang berkompeten dalam bidang itu atau hanya asal pilih karena dia santri atau anak buah dia.
Penulis meminta tolong kepada Kepala LPTQ Nasional dan daerah untuk menegur, bahkan blacklist dewan juri yang culas seba kebiasaan seperti ini akan menggiring opini masyarakat bahwa kalau saya mau menang harus ada sesuatunya, kebiasaan tersebut akan mengakar ke depannya.
Dalam setiap penilaian selalu tidak objektif bahkan kemarin pas lomba, orang yang banyak salahnya atau jali dalam MTQ bisa jadi juara satu, namun orang yang bener – bener bagus dan mempunyai potensi untuk mengangkat nama baik Jasinga di bidang MTQ di benamkan dan tidak dijuarakan, alasannya karena tidak kenal ataupun tidak ada orang dalam.
Ini menjadi pukulan telak bagi peserta yang mempunyai potensi namun tidak difasilitasi oleh LPTQ dan yang seharusnya layak dijuarakan namun tidak dijuarakan.
Bobroknya integritas dari dewan juri dan culasnya dewan juri di Kecamatan Jasinga yang mengakar ini membuat penulis resah, bahkan audience yang hanya mendengar saja sudah bisa menilai yang mana yang harus bisa dijuarakan dan mana yang tidak dijuarakan.
Padahal lebel dewan juri di Kecamatan Jasinga adalah qori – qori nasional dan provinsi, namun tidak objektif dalam penilaian, entah apa yang ada dipikiran mereka padahal sebelum menilai diadakan sumpah Qur’an namun mereka tidak takut terhadap Tuhannya, mereka hanya memikirkan isi kantong mereka dan tidak memikirkan sumpah dia di akhirat, sungguh miris dam memilukan.
Apalagi yang diperlombakan adalah nuansa Islam dan faham akan hukum Islam, itulah MTQ Jasinga yang jauh akan kejujuran dan keobjektipan seorang dewan hakim/juri.
Mohon tegurannya Ketua LPTQ dan jika dibiarkan kebiasaan ini tidak akan membawa ke perubahan potensi yang ada di Kecamatan Jasinga.(Penulis Sdr Yopis Andalus sebagai peserta dari Desa Sipak)