Purwokerto | mediasinarpagigroup.com – Mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) yang tergabung dalam Tim Program Kreatifias Mahasiswa Karsa Cipta (PKM-KC) berhasil menyusun karya PKM yang berjudul “Sistem Aerator Hybrid berbasis IoT sebagai Penghasil Gelembung Udara dengan Tenaga Angin dan Surya pada Budidaya Tambak Udang Vannamei”. Mereka terdiri dari Dwi Lestiana sebagai ketua bersama ketiga anggotanya yaitu Wahyu Muchlisoh, Anjar Faras Wati, dan Eka Ayu Setiawati yang merupakan mahasiswa Teknik Pertanian dan Akuakultur dengan didampingi oleh Dosen Abdul Mukhlis Ritonga S.TP., M.Sc. berhasil lolos pendanaan PKM ditingkat Nasional.
Dwi Lestiana mengatakan “Sistem Aerator Hybrid berbasis IoT sebagai Penghasil Gelembung Udara dengan Tenaga Angin dan Surya pada Budidaya Tambak Udang Vannamei” merupakan alat aerator tambak udang menggunakan yang menggunakan tenaga angin dan surya sebagai penghasil udara demi kebutuhan oksigen udang vannamei dimana dalam pengoperasiannya dapat dikontrol dan dimonitoring dari jarak jauh menggunakan gawai melalui sistem IoT yang dapat diunduh pada playstore maupun appstore.
“Selain itu alat aerator ini menawarkan biaya operasional yang jauh lebih murah dibandingkan dengan aerator tambak udang yang beroperasi saat ini,” katanya
Terjadinya kelangkaan dan peningkatan harga solar serta instalasi listrik yang terbatas di daerah dengan perekonomian rendah khususnya wilayah tambak udang melatarbelakangi Tim PKM ini membuat alat aerator dengan energi yang terbaharukan dan mudah didapat. Selain itu pemadaman listrik juga menjadi ancaman bagi para petani tambak udang.
“Penggunaan aerator 24 jam atau secara terus-menerus membuat petani mengeluh karena terjadi pembengkakan biaya untuk listrik maupun bahan bakar solar,” tambahnya
Penggunaan aerator pada tambak udang berfungsi sebagai penghasil oksigen khususnya dalam kasus ini yaitu udang vannamei (Litopenaeus vannamei). Udang jenis ini hidup di air payau yang memiliki nilai gizi lebih tinggi dibandingkan jenis udang lainnya, sehingga menjadi primadona pasar ekspor. Udang ini memerlukan oksigen terlarut untuk bertahan hidup. Oksigen terlarut merupakan variabel kualitas air yang sangat penting dalam budidaya udang. Cara kerja alat aerator ini yaitu dengan memanfaatkan tenaga angin dan surya yang tersedia di sekitar tambak udang.
“Tenaga angin yang diterima oleh baling-baling secara mekanis menyebabkan kipas berputar. Putaran kipas tersebut menghasilkan percikan air pada permukaan kolam tambak sehingga dapat menghasilkan gelembung udara atau oksigen. Kecepatan angin yang dibutuhkan alat ini yaitu sebesar 3m/s, apabila kecepatan angin kurang dari 3m/s maka secara otomatis sistem hybrid akan aktif sehingga panel surya akan beroperasi membantu baling-baling dalam memutarkan kipas,” lanjutnya
Kecepatan putaran kipas yang dibutuhkan alat ini agar menghasilkan oksigen sesuai dengan kebutuhan udang yaitu sebesar 58 rpm.
“Penambahan teknologi IoT selain dapat mengontrol dan memonitoring dari jarak jauh juga sebagai switching energi, baik secara otomatis maupun manual,” pungkasnya.(Widoyo)