Puwokerto | mediasinarpagigroup.com – Di bumi ini Tlah kutanamkan bibit – bibit kepercayaan dan benih – benih keteguhan serta butir – butir kejujuran agar suatu saat nanti dapat dipetiknya aneka cerita dan fakta yang bermakna serta bermanfaat.
Di bumi ini, pernah kurentangkan tangan dan perasaan, sudah kubentangkan jalan dan pikiran, buat melepas keraguan yang membelenggu kalbu, menjamah tubuh – tubuh rapuh, menjelajah jiwa – jiwa lusuh.
Adakah ini suatu legenda nyata, yang terbersit dibalik sandiwara dusta, dan cerita tua yang terlunta dan tersisa.
Duh, andaikan ranting2 – ranting kering itu terpelanting, jatuh dipermukaan tanah yang gelisah, api yang padam kembali menyala, air beku yang meleleh seribu kali menitik, memercik daun dan bunga yang ternganga, menelusuri hati dan sanubari yang terpatri.
Sekarang, bumi ini penuh akar yang melingkar, laut yang biru penuh genangan air yang mencair, langi – langit putih penuh pelangi yang pudar yang meleleh seribu kali menitik, memercik daun dan bunga yang ternganga, menelusuri hati dan sanu bari yang bersemi.
Sekarang, bumi ini penuh akar yang melingkar, laut biru penuh genangan air yang mencair, langit putih penuh dengan aneka pelangi yang pudar harum wanginya.
Akan tetapi cahaya mentari tetap bersinar menanti terbitnya fajar, dan terdengarnya kokok ayam jantan bersahutan. , Ah biarlah, desah angin itulah yang melangkah meyebarkan kisah.
(Purwokerto, Minggu 1 Desember 2024)