Tangsel | mediasinarpagigroup.com – Beragam spanduk himbauan berisi penolakan terpasang oleh Warga Komplek Pertamina berisi penolakan trotoar digunakan oleh pedagang kaki lima (PKL) di sepanjang komplek Pertamina Keurahan Pondok Ranji Kecamatan Ciputat Timur
Diketahui, hampir puluhan spanduk dipasang oleh warga yang terganggu karena trotoar untuk pejalan kaki diserobot oleh PKL
“ Kami dari warga bersama RT 03 dan RW 007 dan RW 008 melakukan pemasangan spanduk dilarang berdagang di sepanjang trotoar dan bahu jalan karena itu bukan lokasi konsumen untuk pedagang karena menganggu ketertiban dan kenyamanan warga yang ada di komplek Pertamina ini,” ujar Fenti juga Ketua RT
Trotoar itu kan fungsinya untuk tempat berjalan kalau misalkan dijadikan berjualan, kalau dilakukan untuk lapak berdagang ya otomatiskan untuk orang yang berjalan sulit dan kita ingin kembalikan fungsi trotoar dan bahu jalan sebagai jalan
Saat ditanyakan PKL sudah lama berjualan, Fenti pun membenarkannya. “ Betul sudah berlangsung lama, tapi kami kan sudah melakukan pendekatan tapi tetap tidak beranjak, mungkin saat ini waktunya kami melakukan penertiban,” tegasnya.
“ Mohon maaf trotoar dan bahu jalan bukan tempat untuk berdagang mungkin tempatnya berdagang di area seperti di pasar sana, dan mungkin nanti pemerintah tangsel yang akan menjawab dan mengarahkannya kemana ya?!,” tandas Fenti
Sementara pantauan portaldesa, Kamis (18/5/23) spanduk spanduk berjejer terpasang tepat dibelakang lapak para PKL diantaranya berada di depan Ritel Modern bahkan spanduk diikat dengan baik yang berisi penolakan warga Komplek Pertamina terhadap pedagang kaki lima di sepanjang trotoar
“ Saya warga RT 03, menyesalkan adanya PKL terutama kebersihannya sampah sampah berserakan menurut saya itu kebersihan lingkungan terganggu dan membuat macet yang utama itu kebersihan Karena di jalan raya juga sampahnya berserakan,” ujar Iriyati
Dilanjutkannya, tidak ada petugas kebersihan, terutama khususnya listrik kecolongan kan itu merugikan pemerintah. ” Pencurian listrik merajalela bisa ditanya para pedagang ini listriknya dari mana, kalau di usir ya! sudah resiko berdagangnya di trotoar yang dilarang,” katanya
“Mungkin kalau tidak meresahkan, kita juga sebagai warga toleran karena itu kan sebagai mata pencaharian mereka juga kan tapi sampah sampah itu menumpuk dibelakang juga kalau masalah macet ya wajar tapi minimal terkelola dengan baik,” cetus Iriyati
“ Pesan kami kepada pemerintah Tangsel, segeralah ditindak, kami sebagai warga komplek sangat resah kami sebagai warga Tangsel menginginkan kenyamanan agar ditingkatkan,” terang Iriyati bersama Anjarwati
Ditempat yang sama Pedagang mengakui awalnya berdagang mendapatkan aturan yang diberlakukan oleh warga.
“ Dulu dari jam 5 sore sampe malem gak apa apa kata mereka ya warga, terus yang jualan juga gak sepadet sekarang kalo dulu kan dari batas ujung mesjid cuma sampe ke sini doang (sisi kiri masjid). Jadi karena istilahnya setelah ada suatu paguyuban kaya semacam organisasi masyarakat lah kalo ada masalah tentunya tempat dimana mana juga pasti bayar dan ini kan pedagang udah terlalu menjamur ya mau gimana lagi,” cetus Ari salah satu pedagang menyebutkan dagangannya
“ Makanya kita bingung nyari makan gitu kan, nah kalo seandainya di tutup, kaya saya aja ya jualan bawa anak anak sampe berapa orang kaya keluarga yang ikut jualan sampe 8 orang ya kalo kita gak jualan otomatis kedepannya gimana, minimal tolonglah ada solusi,” imbuhnya
“Misal kaya bocah bocah gini kalo mereka nganggur pengen ngerokok pengen jajan gak punya duit larinya ke apa coba, larinya ke maling nodong orang dan jadi aneh aneh kan tolonglah jika perlu ada mediasi dan saya siap dimediasikan atau berjualan di dalam pasar pun siap,” cetusnya
Masih kata Ari seandainya bisa berjualan di dalam pasar atau kalau sekitaran komplek dan ada solusinya mungkin tak menjadi soal
” Gak pa apalah, apakah itu di sekitaran sini, tapi ini kan disuruhnya nyari tempat masing masing ngomongnya kan kaya gitu, silakan bubar tapi nyari tempat masing masing, ini yang buat pusing pedagang” paparnya
“ Aturan kan orang komplen juga ada solusinya misalnya ada perjanjiannya jualan dari jam 5 sampai malam gak apa apa, hari ini gak boleh dipakai dulu boleh hanya dipakai sebelah trotoar saja terus ujung mesjid sebelah sini sampai depan mesjid gak boleh dipake jualan. Depan Polsek gak boleh dipake jualan depan gedung arsip gak boleh juga jualan, coba berikanlah solusinya sebab yang berjualan sudah lama disini (komplek Pertamina) kena juga imbasnya,” tandas Ari
Para PKL berharap adanya solusi untuk bisa ikut menjaga kenyamanan warga,” Jika pun pihak pertamina bisa menjadikan Pasar Tradisional yang ada di dalam komplek pertamina di perluas atau dibangunkan lebih besar barangkali kami juga berkenan berdagang di sana,” tutupnya.Odjie)